Nuklir – Emisi – Kelautan Kalimantan Barat

Jika ingin memberi sesuatu kepada pihak lain, umumnya seseorang harus memiliki dulu. Dapatkan lalu serahkan, take and give. Prinsip biasa saja. Video ini meski berjudul nuklir, namun kugunakan sbg contoh Resiprokasi. Kondisi untuk memberi terlebih dulu, baru mendapatkan. Resiprokasi merupakan psikologi persuasive, bersifat netral secara timbal balik. Etika moral menyebutnya Hukum Tabur dan Tuai. Tangan di atas, lebih baik ketimbang posisi di bawah. Sebelum panen, harus menabur sbg investasi. Akhirnya dapat memiliki, entah dari mana atau oleh siapapun. Secara behavioral science menjadi strategi konstruktif untuk memperluas referensi, relasi, promosi, bahkan sumber revenue baru.

Ketika rapat zoom semakin marak, saya batasi kehadiran sesuai tupoksi dan kewenangan kerja. Bicara untuk promosi Kelautan dan Kalbar, bukan penggembira. Kadang harus berbagi focus di saat bersamaan. Kuping kiri menyimak zoom Nuklir lewat iPhone, kuping kanan di sidang skripsi Politeknik via laptop. Maka setelah nara sumber paparan, saya memberi info relevan yg mendukung eksistensi topik. Serta mewakili para pemanfaat lokasi reaktor di ruang laut seperti wisata bahari, masyarakat lokal, konservasi, tata ruang, juga peran akademisi dan LSM. Setelah diberikan untuk dapat diterima Batan, kelak boleh berharap bahwa isu kelautan beserta mitra dapat terintegrasi dgn topik PLTN selanjutnya di Kalbar. Dokumentasi yg mungkin lebih dihargai pada dekade nanti, jadi atau tidak dibangun. Bagian dari tugasku, alasan ikuti zoom, sembari praktek Resiprokasi. Senantiasa prospektif, solutif dan berdaya nuklir. (nDy)

Leave a comment