
REKAMAN PERDANA Koes Plus tahun 1969 gak laku, seolah diboikot pasar sbg mantan napi. Lalu tampil di pentas Djambore Band Djakarta 1970, disesaki 3 ribu penonton Istora Senayan. Bareng band wanita The Candies, The Rhadows, Panbers dan lainnya yg sibuk ber-Inggris ria. Koes Plus tampil sbg penutup dgn empat karya sendiri berbahasa lokal. Tonny mengusung konsep nasionalis dan bangga mandiri sbg bintang acara. Perubahan jati diri diserta kreasi ajaib seperti Koes Plus versi keroncong, pop anak2, religious, dang dut, dst. Tonny berpesan, “Lagu kita bukan cuma produk intelek, tapi hiburan bagi orang awam”. Maka Koes Plus sering manggil tukang becak dan pengamen nyimak draft lagu baru. Jika dalam 15 menit bisa ditiru dan bikin senyum, berarti lolos rekaman seperti kisah lagu Kolam Susu. Begitupun ide Nusantara sbg kekaguman Tonny setelah diajak keliling pake helikopter. Indahnya negeri yg patut disyukuri lalu diabadikan oleh seniman insyaf. “Hutannya lebat, seperti rambutku. Gunungnya tinggi, seperti hatiku. Lautnya luas seperti jiwaku”. Tonny agaknya juga paham filosofi maritim, bahwa Nusa dan Antara menjadi marwah Archipelagic State yg menyatukan keragaman. (nDy)